Transformasi Ekonomi Indonesia: Dahlan Iskan dan Pemerintah Bikin Jepang serta Amerika Kebingungan

Dahlan Iskan dengan Presiden SBY 

Saat ini pemerintah telah mengeluarkan suatu kebijakan yang membuat negara sekelas Jepang dan Amerika kelimpungan,yaitu kebijakan yang melarang perusahaan tambang di Indonesia melakukan ekspor bahan mentah mineral. Setiap perusahaan harus mengolah bahan mentah itu terlebih dahulu, sebelum mengekspornya. Kalau mereka kukuh melakukan ekspor, pemerintah menerapkan pajak yang sangat tinggi, sehingga mereka berpikir seribu kali untuk ekspor. Jika sebelumnya, pemerintah Indonesia-lah yang melobi pihak-pihak tersebut, kini sebaliknya. Bukan hanya melobi, mereka juga melakukan berbagai cara untuk memengaruhi pemerintah Indonesia untuk mengubah kebijakan tersebut.

Kebijakan ini alasannya sangat rasional. Selama ini, bahan mentah mineral Indonesia disedot sekehendak hati oleh banyak perusahaan, dan diekspor ke manca negara. Harganya murah. Tapi produsen di Indonesia harus membeli lagi bahan mentah itu dalam bentuk olahan dari negara yang mengimpor dari Indonesia. Bahkan konsumen Indonesia pun terpaksa membeli beragam produk, yang dihasilkan negara lain dengan bahan mentah dari Indonesia. Di sejumlah negara, bahan mentah asal Indonesia ditumpuk sebanyak mungkin, termasuk di China dan di Singapura. Mereka yang dapat untung banyak!
Mungkin juga tidak banyak rakyat Indonesia yang tahu bahwa Pertamina telah berhasil mengakuisisi ladang minyak di Alzajair dan ada juga di Iraq. Hal itu dikarenakan tidak senangnya para konglomerat hitam dinegeri ini nama Dahlan Iskan naik pamornya. Negara-negara yang masih ingin menguasai sumber daya negara ini ditengarai membantu upaya itu. Jangan heran jika berita kalau Indonesia berhasil menguasai ladang minyak di Alzajair itu tidak akan diekspose besar-besaran oleh media elektronik nasional kita. Saya jadi percaya apa yang pernah diposting oleh halaman Dukung Dahlan Iskan Presiden 2014 sesuai informasi dari orang dalam BIN yang menyatakan bahwa negara Amerika dan kroninya melakukan pantauan yang sangat serius pada Dahlan Iskan.

  Pernahkah Anda berpikir sejenak tentang seberapa banyak kekayaan alam Indonesia yang diekspor ke luar negeri dalam bentuk bahan mentah? Dalam hitungan sekian tahun terakhir, Indonesia menjadi salah satu penyumbang terbesar bahan mentah mineral ke negara-negara industri besar seperti Jepang dan Amerika Serikat. Namun, semua itu bisa segera berubah. Baru-baru ini, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang sangat berani: melarang ekspor bahan mentah mineral tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu di dalam negeri. Jika perusahaan tambang tetap memaksa ekspor, maka mereka akan dikenakan pajak yang sangat tinggi. Ini adalah langkah strategis untuk mengolah sumber daya alam yang selama ini hanya diekspor mentah, sehingga keuntungan lebih besar bisa didapatkan oleh Indonesia.

Kebijakan ini, meskipun terkesan berani dan penuh tantangan, sebenarnya sangat rasional. Coba kita bayangkan sejenak: bahan mentah mineral Indonesia diekspor ke luar negeri dengan harga murah, sementara produsen dalam negeri harus membeli produk olahan dengan harga lebih tinggi. Bahkan, konsumen Indonesia pun sering kali harus membeli produk yang dibuat dari bahan mentah asal Indonesia, yang dijual dengan harga yang lebih tinggi. Negara-negara seperti China dan Singapura pun tak ragu untuk menumpuk bahan mentah Indonesia sebanyak mungkin, sementara mereka mendapat keuntungan besar dari transaksi ini. Sementara itu, Indonesia hanya mendapat sedikit manfaat.

Namun, kebijakan ini tidak hanya mendapat sorotan dari dalam negeri, tetapi juga menarik perhatian negara-negara besar yang selama ini diuntungkan dengan kebijakan lama. Jepang dan Amerika Serikat, sebagai negara tujuan utama ekspor bahan mentah Indonesia, kini merasa terancam dengan perubahan ini. Tak heran jika mereka mulai melobi keras agar kebijakan tersebut dibatalkan atau disesuaikan dengan kepentingan mereka. Bahkan, beberapa pihak dikabarkan melakukan berbagai cara untuk memengaruhi pemerintah Indonesia agar mengubah arah kebijakan ini.

Dalam konteks ini, kita perlu melihat lebih jauh dari sekadar dampak ekonomi domestik. Kebijakan ini bukan hanya soal ekonomi semata, melainkan juga tentang kemandirian Indonesia dalam mengelola kekayaan alamnya. Selama ini, Indonesia sering kali menjadi pihak yang dirugikan dalam transaksi perdagangan sumber daya alam. Namun dengan kebijakan ini, Indonesia berusaha merubah posisi tersebut menjadi lebih menguntungkan, tidak hanya bagi negara tetapi juga untuk masa depan industri dalam negeri.

Peran Pemimpin dalam Mengubah Nasib Bangsa

Keberhasilan Indonesia dalam mengelola sumber daya alamnya, khususnya dalam hal energi, patut diapresiasi. Salah satu contoh yang perlu dicontohkan adalah langkah Pertamina yang berhasil mengakuisisi ladang minyak di Aljazair dan Irak. Aksi ini tentu saja tidak lepas dari perhatian para konglomerat besar yang memiliki kepentingan di Indonesia. Meskipun berita ini tidak mendapat banyak sorotan di media nasional, ini adalah sebuah prestasi besar yang menunjukkan bagaimana Indonesia mulai berani mengambil kendali atas sumber daya alamnya yang selama ini dieksploitasi oleh pihak asing.

Namun, keberhasilan ini juga tidak lepas dari tantangan politik di dalam negeri. Salah satu figur yang mencuri perhatian adalah Dahlan Iskan, seorang mantan Menteri BUMN yang terkenal dengan keberaniannya dalam merombak sektor energi Indonesia. Upaya Dahlan Iskan untuk mempertahankan pengelolaan Blok Mahakam oleh Pertamina, serta kesuksesan Indonesia dalam mengakuisisi ladang minyak di luar negeri, menunjukkan bahwa Indonesia mulai berani menentukan arah kebijakan energi yang lebih menguntungkan.

Namun, di balik keberhasilan ini, terdapat kepentingan-kepentingan politik yang sering kali berusaha meredam langkah-langkah besar tersebut. Misalnya, ketegangan yang muncul terkait dengan pengelolaan Blok Mahakam. Menteri ESDM sempat meragukan kemampuan Pertamina untuk mengelola Blok Mahakam, meskipun Dahlan Iskan dengan tegas menyatakan bahwa Pertamina mampu melakukannya. Semua ini menimbulkan pertanyaan: apakah ada kepentingan asing yang ingin menghalangi langkah Indonesia untuk lebih mandiri dalam pengelolaan sumber daya alam?

Mengapa Kita Perlu Bangga?

Keberhasilan Pertamina dalam mengelola ladang minyak di luar negeri, seperti di Aljazair dan Irak, adalah bukti nyata bahwa Indonesia bisa lebih mandiri dalam mengelola sumber daya alamnya. Sayangnya, prestasi ini tidak banyak diberitakan di media. Mungkin ada beberapa alasan mengapa berita tersebut diabaikan, tetapi yang jelas, ini adalah momen kebanggaan bagi bangsa Indonesia.

Indonesia harus terus menjaga kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat, bukan hanya memenuhi kebutuhan negara-negara besar yang sering kali hanya menguntungkan satu pihak. Dengan kebijakan baru yang mengharuskan pengolahan bahan mentah terlebih dahulu di dalam negeri, Indonesia berpotensi mendapatkan lebih banyak keuntungan dari sumber daya alamnya. Tidak hanya itu, kebijakan ini juga akan memberikan peluang bagi industri pengolahan dalam negeri untuk berkembang, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kesimpulan

Apa yang terjadi di sektor pertambangan Indonesia saat ini mencerminkan sebuah pergulatan besar antara kepentingan domestik dan internasional. Kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia untuk mengolah bahan mentah di dalam negeri bukanlah langkah yang mudah, tetapi ini adalah langkah yang perlu diambil untuk mencapai kemandirian dan keberlanjutan ekonomi. Pemerintah dan masyarakat perlu mendukung kebijakan ini, karena kebijakan yang berpihak pada pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik. Kini saatnya bagi Indonesia untuk mengubah posisi dari yang selama ini dirugikan menjadi pemain utama yang mampu mengelola dan memanfaatkan sumber daya alamnya dengan lebih baik dan lebih adil.

Post a Comment for "Transformasi Ekonomi Indonesia: Dahlan Iskan dan Pemerintah Bikin Jepang serta Amerika Kebingungan"