UMBK 2025 di Pantura Lamongan: Inovasi Digital dan Tantangan Nyata di Dunia Pendidikan Madrasah

Pelaksanaan Serentak di Wilayah Lamongan khususnya Brondong dan Paciran

Kegiatan Apel Murid dan Guru lembaga MIU Al Azhar sebelum UMBK di mulai

CoretanPolitik - Pelaksanaan Ujian Madrasah Berbasis Komputer (UMBK) tahun 2025 di wilayah Pantura Lamongan berlangsung mulai Senin, 5 Mei hingga Sabtu, 11 Mei 2025. Ujian ini diikuti oleh madrasah-madrasah di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Lamongan, khususnya di kecamatan Brondong dan Paciran. Rata-rata tiap kelas diikuti oleh 15 peserta, dengan sistem pengawasan silang antar madrasah yang turut menunjukan kolaborasi antar lembaga.

UMBK tahun ini menjadi refleksi dari semangat digitalisasi pendidikan sekaligus ujian kesiapan infrastruktur dan sinergi lembaga pendidikan di tingkat lokal.


Semangat Inovasi Teknologi: Sebuah Langkah Maju

Suasana pelaksanaan UMBK di salah satu Madrasah di Sedayulawas

Beberapa Madrasah telah berhasil menerapkan sistem ujian berbasis komputer dengan cukup baik. Dukungan perangkat, jaringan lokal, hingga presensi digital dan pengawasan online menunjukkan bahwa sebagian madrasah sudah mulai memasuki era baru pendidikan digital.

Bahkan, di beberapa titik, panitia memanfaatkan aplikasi pengawasan berbasis Android, serta mendirikan ruang kendali kecil untuk memantau jalannya ujian secara real time. Ini merupakan langkah maju dalam integrasi teknologi informasi dalam proses evaluasi siswa.


Kendala Teknis Masih Jadi Tantangan Besar

Meski begitu, pelaksanaan UMBK 2025 juga diwarnai sejumlah kendala yang tidak bisa diabaikan, antara lain:

  • Perangkat ujian yang belum merata di semua Madrasah

  • Koneksi internet yang tidak stabil

  • Listrik yang padam secara tiba-tiba (jegkeg)

  • Minimnya tenaga teknis internal

  • Pengawasan silang yang membuat adaptasi pengawas memerlukan waktu

Situasi ini menggambarkan masih adanya kesenjangan sarana-prasarana antar Madrasah, terutama antara Madrasah yang berada di pusat kecamatan dan yang berada di pelosok desa.


Suara dari Lapangan: Guru, Siswa, dan Orang Tua

Penulis menjadi pengawas ujian di Madrasah saat UMBK berlangsung 

Seorang kepala Madrasah memberikan pesan penuh harapan kepada para siswa:

UMBK ini adalah bentuk evaluasi akhir, tapi juga bagian dari pembentukan karakter siswa untuk lebih bertanggung jawab dan disiplin.

Sementara itu, guru dan operator madrasah mengakui bahwa mereka bekerja ekstra selama ujian berlangsung. Mulai dari mengatur jadwal, mengatasi masalah teknis, hingga memastikan semua berjalan sesuai prosedur.

Peran orang tua juga patut diapresiasi. Banyak dari mereka yang mendukung secara langsung maupun tidak langsung dari menyiapkan kebutuhan anak, hingga menyumbang alat-alat pendukung seperti kabel dan HP pribadinya untuk suksesnya ujian tersebut.


Harapan untuk Sinergi dan Pemerataan

UMBK 2025 menjadi momentum untuk mengevaluasi kesiapan madrasah menghadapi era digital. Harapan besar muncul agar:

  • Kemenag dan Dinas Dikdasmen dapat bersinergi lebih erat

  • Pemerataan infrastruktur segera dilakukan di semua Madrasah

  • Pelatihan teknis bagi guru dan operator lebih ditingkatkan

Semoga ujian ini menjadi momentum untuk meraih kesuksesan di masa depan,” ujar salah satu kepala madrasah dengan penuh harap.

Penutup: Ujian Ini Lebih dari Sekadar Nilai

UMBK bukan hanya soal menjawab soal dengan benar, tetapi juga soal karakter, kerja sama, dan komitmen. Ini adalah ujian bagi siswa untuk bersikap jujur, bagi guru untuk bekerja sama, dan bagi Madrasah untuk terus berbenah.

Dengan semangat gotong royong dan ketangguhan, UMBK 2025 di Pantura Lamongan menjadi bukti bahwa pendidikan Madrasah siap bergerak maju meski jalannya masih panjang dan penuh tantangan. (Muhammad Zainul Arifin)

Post a Comment for "UMBK 2025 di Pantura Lamongan: Inovasi Digital dan Tantangan Nyata di Dunia Pendidikan Madrasah"